Kampret Malam.. (Aku sendiri di sini)

.

Malam semakin larut.. para makhluk-makhluk tuhan tertidur dengan lelapnya tapi masih ada makhluk yang berontak tuk malam ini, ditemani dua botol air surga..


Kampret Malam (Aku sendiri di sini)

menulis dalam kegelapan, meraung dalam kesunyian, berteriak dalam hati..
Makhluk liar yang tak mengenal pagi, siang ataupun sore dan hanya mengenal satu waktu, waktu yang kelam dan sunyi hanya tuk menulis kata-kata yang sulit tuk dimengerti oleh sebagian makhluk hidup dimuka bumi ini.
pergi meninggalkan sejuta kenangan yang pernah dilalui pada masa lalu. Ku sadari aku lemah menyaksikan kenyataan ini. Mencoba mengikis perlahan muslihat yang memendam di batin, terendap dalam lara yang terlanjur di papah.
Luka yang coba ku tepis membekas bahkan datang berulang-ulang, ku coba menghindar dan berdamai dengan hati namum hadir lagi dan lagi..
Pahitnya hati seperti meraung di ruang empedu dan merancuni kemurnian jiwa.
Aku harus pergi meninggalkan matahari yang katanya mampu bersinar di hatiku, aku harus menjauh dari bintang yang katanya mampu mencerahkan nuraniku.
Inilah hampa yang tertatih dalam ukiran sejarah, menyebar pesona di awal dan menyombongkan diri di akhir cerita. Tuntutan melemahkan diri, walau hati telah memberi segala Asa yang kau paksa memaksa bertaruh dengan batas ruang kemampuan. Aku rela, aku bisa namun bukan karena pintamu, tapi karena hatiku mau..

Kampret Malam (Aku sendiri di sini)

bergumul dengan derita yang memaksaku untuk terus melakukan dan melakukannya lagi. Entah sampai kapan warna yang pernah mengelokan mata berkembang kembali seperti pelangi.
Lelah hati meratap mimpi, sisa senyum membekas dalam lemah yang meronta.
Kesanggupanku telah berubah menjadi ketidakberdayaan, terkekang oleh ego hati yang menari-nari dari waktu ke waktu. Aku terus menunggu tak tentu arah tetap tak ku temui, entah sampai kapan aku tak tahu.
Berusaha terus merasa nyaman, tapi entah apa hati tak ingin, mungkin karena rasa yang membekas terlalu perih untuk kulalui.
Ku coba lagi menahan asa walau pasti terluka, hanya sekedar bertahan pada nyata yang terlanjur meluka.
Hingga memaksa sendiri mungkin lebih baik. Waktu yang ku ukir dengan keindahan berubah menjadi ranting-ranting patah, kering di hempas dinginnya angin malam.
Terus berguru pada lembar-lembar kehidupan, tak urung memberi ketenangan, mungkin kah waktu telah jenuh melihat keangkuhan diri?

Kampret Malam (Aku sendiri di sini)

menatap kosong dalam keramaian lakon kehidupan. Hati pada perenungan malam tapi tak temukan jawaban pasti, harus kah aku kembali pada mentari yang nyatanya meredup, sekian kalinya aku patah pada sayap-sayap rasa. Menatap sinis pada dilema batin Dan terseok-seok menuju kebebasan.
Kini aku harus relakan hati bercampur debu hitam, aku tak ingin waktu melebur ketidakpastian cerita, biarlah aku sendiri melewati batas kemenangan walau mungkin hampa sesaat yang pasti sakit tapi itu akan segera berakhir.

Kampret Malam (Aku sendiri di sini)

menyatakan diri dalam sendiri yang terasing oleh lelucon permainan hatimu. Aku bukan malammu, juga bukan harapmu, biarkan aku sendiri merakit perahu mimpi yang berlayar menuju pantai harapan tanpamu.
Letih lah sudah menyeka noda bersamamu dan cukuplah sudah sampai di sini.. Bila hasratku kembali baiklah akan kutempatkan dirimu pada sisa yang sempat remuk bersama kenangan. Agar tenanglah jiwa ini menyaksikan tawa angkuh yang akan membunuhmu!!
"Aku akan tetap seperti itu sampai akhir hayatku.
Selamat Tinggal rinduku, semoga hangatnya angkuhmu segera padam dan terkubur bersama waktu."

Cerita Kiriman
Cerita KirimanUpdated: 05.25.00

1 komentar:

loading...
.
Download Here..