Konflik Laut China Selatan

.

Konflik Laut China Selatan menjadi ujian terbesar China untuk menjadi negara adidaya. Meski bersifat regional, konflik itu mendunia dan mengundang campur tangan pemain besar, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia.

Bersekutu dengan Rusia.

China sendirian dalam konflik seputar Kepulauan Spratly dan Paracel di Laut China Selatan. Kecuali Rusia yang rutin menggelar latihan militer bersama, negeri tirai bambu itu tidak banyak mendulang dukungan atas klaim teritorialnya. Terutama karena klaim Beijing bertentangan dengan hukum laut internasional.

David Versus Goliath.

Secara umum China berhadapan dengan enam negara dalam konflik di Laut China Selatan, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Filipina yang didukung Amerika Serikat. Dengan lihai Beijing menjauhkan aktor besar lain dari konflik, semisal India atau Indonesia. Laut China Selatan tergolong strategis karena merupakan salah satu jalur dagang paling gemuk di dunia dan ditengarai kaya akan sumber daya alam.

Diplomasi Beton.

Ketika jalur diplomasi buntu, satu-satunya cara untuk mengokohkan klaim wilayah adalah dengan membangun sesuatu. Cara yang sama ditempuh Malaysia dalam konflik pulau Sipadan dan Ligitan dengan Indonesia. Berbeda dengan Malaysia, China lebih banyak memperkuat infrastruktur militer di pulau-pulau yang diklaimnya.

Reaksi Filipina.

Langkah serupa diterapkan Filipina. Negara kepulauan itu belakangan mulai rajin membangun di pulau-pulau yang diklaimnya, antara lain San Cay Reef. Beberapa pulau digunakan Manila untuk menempatkan kekuatan militer, kendati tidak semewah China yang sudah membangun bandar udara di kepulauan Spratly.

Di Bawah Naungan Paman Sam.

Filipina boleh jadi adalah kekuatan militer terbesar selain China dalam konflik di perairan tersebut. Jika Beijing menggandeng Rusia, Filipina sejak dulu erat bertalian dengan Amerika Serikat. Secara rutin kedua negara menggelar latihan militer bersama. Terakhir kedua negara melakukan manuver terbesar dengan melibatkan lebih dari 1000 serdadu AS.

Indonesia Memantau.

Indonesia pada dasarnya menolak klaim China, karena ikut melibas wilayah laut di sekitar kepulauan Natuna. Kendati tidak terlibat, TNI diperintahkan untuk sigap menghadapi konflik yang diyakini akan menjadi sumber malapetaka terbesar di Asia itu. Tahun lalu TNI mengerahkan semua kekuatan tempur milik Armada Barat untuk melakukan manuver perang di sekitar Natuna.

Bersiap Menghadapi Perang.

TNI juga membentuk Komando Operasi Khusus Gabungan untuk menangkal ancaman dari utara. Komando tersebut melibatkan lusinan kapal perang, tank tempur amfibi dan pesawat tempur jenis Sukhoi.

Indonesia Tolak Klaim China.

China berupaya menjauhkan Indonesia dari konflik dengan mengakui kedaulatan RI di kepualuan Natuna dan meminta kesediaan Jakarta sebagai mediator. Walaupun begitu kapal perang China berulangkali dideteksi memasuki wilayah perairan Natuna tanpa koordinasi. Secara umum sikap kedua negara saling diwarnai kecurigaan, terutama setelah Presiden Jokowi mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum.

AS Tidak Tinggal Diam.

Pertengahan Mei 2015 Kementrian Pertahanan AS mengumumkan pihaknya tengah menguji opsi mengirimkan kapal perang ke Laut China Selatan. Beberapa pengamat meyakini, Washington akan menggeser kekuatan lautnya ke Armada ketujuh di Pasifik demi menangkal ancaman dari China.

Cerita Kiriman
Cerita KirimanUpdated: 22.15.00

0 komentar:

Posting Komentar

loading...
.
Download Here..